UD. Kurnia Jaya
Melayani Berbagai Alat Musik Perkusi Jimbe, Ribu-Ribu, Bongo, Rebana, dan Ketipung
Senin, 26 Agustus 2013
Kendang Jimbe
Sebelum pembuatan kendang Jimbe, masyarakan di daerah tanggung dan sentul memang rata-rata mata pencariannya dengan mbubut. Yakni sebuah metode untuk mengolah kayu menjadi barang yang bersifat kerajinan. Awal-awal pembuatannya dulu hanya dengan menggunakan tenaga manual, yakni dengan kaki dan peralatan sederhana. Seiring dengan perkembangan teknologi sekarang lebih banyak dengan menggunakan mesin diesel untuk pengerjaannya.
Produk-produk yang dibuat diantaranya ada yang berupa catur, stempel, mainan yoyo, tempat putung rokok, asbak, dll. Jadi memang sejak lama masyarakat disini terkenal dengan kerajinan yang terbuat dari kayu.
Setelah ada pesanan dari Bali untuk membuat kendang seperti yang dicontohkan, akhirnya para penduduk mencoba untuk membuatnya. Dan akhirnya para penduduk terutama dari daerah tanggung santren bisa membuat.
Semula Blitar belum begitu terkenal dengan kerajinan kendang Jimbe. Malah lebih dikenal kendang yang berasal dari Bali, karena banyaknya turis asing yang tertarik dengan berbagai kerajinan kendang Jimbe ini.
Diperkirakan kerajinan ini berkembang sekitar tahun 2000-an (red) dan sekarang sudah banyak orang mengerjakan produk kerajianan kendang jimbe ini termasuk variannya.
Rabu, 26 Juni 2013
musik reggae
Musik reggae dan djembe
Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kekuatan seni yang ada dalam dirinya. manusia tidak dapat hidup tanpa pengetahuan dan tanpa makan, tanpa seni keindahan,hidup tidak akan bertahan panjang ini relevan dengan situasi hari ini.seni hari ini telah menjadi bagian dari aktifitas keseharian kita.
salah satu seni itu adalah musik yang sangat dekat dengan keseharian manusia pada saat ini, di dalam seni musik banyak sekali instrumen-instrumen yang dikenal salah satunya alat perkusi Afrika yaitu djembe
keberedaan instrumen djembe sangat tidak asing bagi para pemain musik dan pada saat ini,d
jembe mulai dikenal oleh masyarakat umum. instrumen djembe selain merupakan instrumen ritmis juga menjadi populer karena sifat praktis yang dimilikinya, instrumen ini dapat dimainkan oleh beberapa orang, ensamble atau sendiri dan pada saat ini djembe banyak dipakai untuk memenuhi kebutuhan musisi dalam berkarya.
bentuk standar alat instrumen djembe merupakan alat perkusi, terdiri dari beberapa teknik yaitu;slap .tone bass. alat musik perkusi djembe lahir dari kebudayaan bangsa Mali yang pada saat itu fungsinya untuk komunikasi dari rumah kerumah karena jarak antar rumah pada saat itu berjauhan. djembe juga dikenal dari negara Guinea dan senegal yang pada awalnya djembe dimainkan untuk pemujaan arwah leluhur.
Kamis, 28 April 2011
- JIMBE -
- BONGO -
081334466435(Simpati),
085645708776 (Indosat)
www.dedit-serbausaha.blogspot.com |
Senin, 11 April 2011
Usaha kendang Jimbe Blitar
Meski usaha kerajinan kendang jimbe tergolong mampu menembus pangsa pasar luar negeri, namun menurut pengakuan para pengrajin kendang jimbe yang ada di Kota Blitar, usaha tersebut saat ini tidak banyak mendatangkan kegembiraan bagi para pengrajin. Alasannya, selain bahan baku yang sulit didapat juga permintaan pasar yang tidak pasti, sehingga menjadikan para pengrajin tidak banyak mendapatkan keuntungan.
Seperti yang dialami Dedit salah satu pengrajin kendang jimbe asal Kelurahan Bendogerit, Kota Blitar. Meski kendang jimbe mampu menembus pangsa pasar luar negeri, namun jika melihat geliat usaha kerajinan kendang jimbe selama ini, bisa dibilang masih sulit diprediksi kapan kendang jimbe ini laku keras atau biasa-biasa saja. Alasannya, bahan baku yang sulit didapat serta tidak jelasnya permintaan pasar, menjadikan usaha kerajinan kendang jimbe ini stagnan atau biasa -biasa saja. Menurut Santi, kalaupun kerajinan kendang jimbe ini sempat laku keras, itupun hanya pada event-event tertentu, seperti saat akan hari raya atau hari-hari besar agama lainnya.
Meski demikian, Dedit tetap menjalankan usahanya dalam membuat kendang jimbe. Hal ini tetap ia lakukan karena wilayah Bendogerit Kota Blitar sudah memiliki nama sebagai kota penghasil kerajinan kendang jimbe, yang sewaktu-waktu jika ada permintaan meningkat, para pengrajin yang ada di Kelurahan Bendogerit tinggal menambah jumlah produksi. Untuk saat ini, kendang jimbe ini harganya bervariasi, mulai 9 ribu hingga 375 ribu rupiah per buahnya.Rabu, 09 Maret 2011
Kelompok musik YPAC Solo lakukan aksi peduli Darsem
Darsem merupakan TKI asal Subang Jabar yang terancam hukuman pancung di Arab Saudi. Kegiatan penggalangan dana tersebut digelar saat car free day berlangsung.
Salah satu personel kelompok musik perkusi YPAC Solo, Arga,15, mengatakan akan membantu sebisa mungkin untuk Darsem. ” Saya akan membantu sebisa mungkin, salah satunya dengan musik,” tuturnya yang pawai memainkan jimbe tersebut.
Disisi lain Kepala Bidang Pengembangan Bakat dan Minat YPAC Solo, Sugian Noor berharap bantuan yang dikumpulkan dapat bermanfaat. “Walau tidak seberapa tapi semoga dapat bermanfaat untuk Darsem,” ungkapnya.
Ia menambahkan bantuan itu akan disalurkan melalui salah satu stasiun televisi swasta. Di sisi lain suguhan musik perkusi kelompok itu ternyata berhasil mencuri perhatian pengguna jalan. Sambil menikmati musik yang disajikan para pengguna jalan tak segan merogoh kocek dan memberikan sumbangan.
Rela Nomaden Agar Musik Etnik Populer Kebun Kopi, Lahir dari Aktivitas Kumpul Ngopi
Musisi mana yang rela keliling Pontianak hampir setiap hari tanpa dibayar? Apalagi dengan membawa berbagai peralatan musik yang banyak dan berat. Itulah kegiatan rutin yang dilakukan Kebun Komunitas Pecinta Seni, singkatannya Kebun Kopi. ARIST, Pontianak NAMA kelompok musik spesialis perkusi ini sudah dikenal luas masyarakat Pontianak. Selain sering tampil mengisi even-even besar, mereka juga populer lewat berbagai kegiatan yang nyentrik. Salah satunya adalah program keliling kota yang baru beberapa bulan ini dijalankan. Keliling dari satu tempat ke tempat lain bukannya tanpa tujuan. Maksud mereka adalah untuk mengenalkan dan melestarikan musik tradisional perkusi suku Dayak. Satu persatu tempat yang mau menerima mereka digunakan sebagai arena latihan. Siapa saja boleh mendengar, melihat, bertanya, dan belajar tentang musik mereka. Minggu lalu giliran Rumah Mimpi di Jalan Letjen Soetoyo yang disambangi. “Sebelumnya kami singgah beberapa hari di Taman Budaya depan Mapolda Kalbar. Minggu ini kami latihan di sini (Rumah Mimpi). Silakan untuk yang melihat dan belajar bagaimana kami bermain. Rencananya minggu depan kami akan coba masuk ke kampus. Mungkin ke Fakultas Hukum Untan atau STKIP di Kota Baru,” ujar Manager Kebun Kopi, Herfin Yulianto. Uniknya, meskipun mengusung jenis musik etnik Dayak, personil Kebun Kopi mayoritas beridentitas suku lain. “Di sini kami tidak membeda-bedakan suku. Niat kami hanya untuk mengekspresikan musik tradisional. Tapi ada pengembangan dan ada unsur tambahan di sini,” kata Herfin. Jenis musik yang diusung grup perkusi yang bermarkas di Jalan Martadinata ini tidak sepenuhnya bernuansa Dayak. Mereka menamakannya progressive ethnic music. Alat-alat yang digunakan misalnya, kebanyakan berupa jimbe asal Afrika. Hanya sedikit yang asli Kalimantan, terutama alat musik melodis berupa sape’ (gitar khas suku Dayak). Dari sejarahnya, Kebun Kopi didirikan untuk berkarya dalam berbagai bentuk seni. Kelompok ini berawal dari sebuah perkumpulan anak-anak muda energik di Tamasya Tour, Herfin salah satu di dalamnya. Mereka kemudian punya ide mengadakan kegiatan seni mengekspresikan ide-ide. Dengan semangat tersebut, mereka mulai dengan membuat pameran tunggal lukisan Pelukis Zul MS di tahun 2001. Cukup lama vakum, pada 10 Juli 2006 Tamasya Tour dengan beberapa seniman yang ada waktu itu mulai berani membentuk wadah kesenian dengan nama Kebun Kopi kependekan dari Komunitas Pecinta Seni. Tahun 2007, seorang teman Herfin yang bernama Dinan pulang dari Jogja setelah menempuh pendidikan musik tradisi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Dinan mengubah haluan Kebun Kopi. Dari seni rupa ke seni musik tradisional. Kemudian dikembangkan beberapa bentuk musik sehingga tercipta jenis musik yang diusung mereka sekarang. Mengenai nama Kebun Kopi, bukan hanya sekadar singkatan semata. Nama ini lahir dari inspirasi aktivitas kumpul dan minum kopi bersama para pendirinya. “Pada awalnya terinspirasi dari aktivitas ngumpul sambil ngopi di Jalan Gajah Mada. Kemudian pada satu malam lahir gagasan untuk membentuk sebuah komunitas kesenian,” cerita Herfin. Kumpul dan ngopi bareng itu kemudian melahirkan sebuah wadah kreatif bagi mereka. “Dari sinilah Kebun Kopi lari sebagai sebuah kebun untuk ditanami dengan kreativitas dan kerja keras dalam berkarya dan memaknai hasilnya. sungguh sebuah awal yang mengharukan buat persaudaraan kebun kopi,” sambungnya. (*) |