Kamis, 28 April 2011




SEJARAH JIMBE di INDONESIA

Kendang Jimbe merupakan kendang dari AFRIKA dan populer di Indonesia tepatnya di Kota Blitar,karena tidak bisa melafadzkan Zimbabwe, negara asal kendang tersebut, dengan dialek jawa lahirlah lafadz JIMBE dan populer hingga saat ini. Kendang Sentul atau Kendang Jimbe didalam pembuatannya haru melalui beberapa proses produksi. Kayu Mahoni, merupakan bahan baku utama yang dipilih. Batangan–batangan kayu Mahoni besar oleh para pengrajin di bilah menjadi potongan kecil-kecil seukuran kendang Sentul. Potongan kecil-kecil itu kemudian masuk dalam proses yang dinamakan pembubutan (dari kata dasar bubut), untuk di bentuk menjadi Kendang. Dari proses pembubutan kendang yang masih berbentuk mentah kemudian di haluskan, di sempurnakan dan sekaligus dipercantik dengan Motif-motif yang lebih cantik dan menarik, melalui motif ukir-ukiran ataupun Carving dan Painting yang sangat eksotik dengan sentuhan–sentuhan seni para pengrajin. Kendang Sentul atau Kendang Jimbe pun telah memiliki bentuk yang cukup menawan.

Pada bagian ini kendang kemudian di politur dan dicat sesuai dengan karakter yang diinginkan. JIMBE - JIMBE yang kami produksi memiliki karakteristik Khusus, diantaranya :
1. Djembe/Jimbe yang kami produksi adalah Standar PLAYER / Profesional Djembe Kualitas AFRIKA (di mana instrument ini berasal)
2. Bahan - Bahan yang kami pergunakan adalah Kayu MAHONI dan kayu NANGKA yang berkualitas tinggi ,Kami mempergunakan Tali yang Berkualitas Tinggi khusus untuk JIMBE , untuk Membran/Kulit JIMBE dapat dipesan sesuai keinginan anda (Menggunakan Kulit domba / membran drum > kami selalu merekomendasikan Membran / kulit yang berkualitas tinggi >> baik secara suara dan daya Tahan membran/kulit)
3. Kami menjamin Kualitas Suara ( High / middle Tone ( selera )) yang sempurna dan Hasil finishing yang baik.
4. Berbagai Motif body Jimbe antara lain : Jimbe Polos, Jimbe Carving dan Painting serta Jimbe Ukiran dan akhirnya akan dilapisi oleh Politur, Jimbe-jimbe kami dapat dipesan sesuai selera dan keinginan anda.
5. Kami memberikan harga yang jauh lebih "TERJANGKAU" daripada harga JIMBE PROFESIONAL yang tersedia di Toko-Toko Musik dengan kualitas Profesional JIMBE.


Kami menyediakan beberapa Jenis Alat-alat Musik Tradisional antara lain :

- JIMBE -
- BONGO -
- KETIPUNG DANGDUT -
- KENDANG JAWA -
- TERBANG -
- MARAKAS -



Catatan :
>> Harga yang ditampilkan belum termasuk Ongkos Kirim
>> Harga di atas harga pengrajin yang dijamin MURAH
>> Pembayaran transfer via BRI or BCA
>> Atau anda bisa call/ sms di :
081334466435(Simpati),
085645708776 (Indosat)

Terimakasih sudah membaca Iklan Ini...,
Percayakan Djembe anda hanya pada UD. KURNIA JAYA karena kami memang ahlinya...


www.dedit-serbausaha.blogspot.com

Senin, 11 April 2011

Usaha kendang Jimbe Blitar


Meski usaha kerajinan kendang jimbe tergolong mampu menembus pangsa pasar luar negeri, namun menurut pengakuan para pengrajin kendang jimbe yang ada di Kota Blitar, usaha tersebut saat ini tidak banyak mendatangkan kegembiraan bagi para pengrajin. Alasannya, selain bahan baku yang sulit didapat juga permintaan pasar yang tidak pasti, sehingga menjadikan para pengrajin tidak banyak mendapatkan keuntungan.

Seperti yang dialami Dedit salah satu pengrajin kendang jimbe asal Kelurahan Bendogerit, Kota Blitar. Meski kendang jimbe mampu menembus pangsa pasar luar negeri, namun jika melihat geliat usaha kerajinan kendang jimbe selama ini, bisa dibilang masih sulit diprediksi kapan kendang jimbe ini laku keras atau biasa-biasa saja. Alasannya, bahan baku yang sulit didapat serta tidak jelasnya permintaan pasar, menjadikan usaha kerajinan kendang jimbe ini stagnan atau biasa -biasa saja. Menurut Santi, kalaupun kerajinan kendang jimbe ini sempat laku keras, itupun hanya pada event-event tertentu, seperti saat akan hari raya atau hari-hari besar agama lainnya.

Meski demikian, Dedit tetap menjalankan usahanya dalam membuat kendang jimbe. Hal ini tetap ia lakukan karena wilayah Bendogerit Kota Blitar sudah memiliki nama sebagai kota penghasil kerajinan kendang jimbe, yang sewaktu-waktu jika ada permintaan meningkat, para pengrajin yang ada di Kelurahan Bendogerit tinggal menambah jumlah produksi. Untuk saat ini, kendang jimbe ini harganya bervariasi, mulai 9 ribu hingga 375 ribu rupiah per buahnya.

Rabu, 09 Maret 2011

Kelompok musik YPAC Solo lakukan aksi peduli Darsem


Solo (Solopos.com)--Kelompok musik perkusi YPAC Solo melakukan aksi kepedulian dengan menyuguhkan sajian musik dan menggalang dana untuk Darsem di Jl Slamet Riyadi, Solo, Minggu (6/3/2011).

Darsem merupakan TKI asal Subang Jabar yang terancam hukuman pancung di Arab Saudi. Kegiatan penggalangan dana tersebut digelar saat car free day berlangsung.

Salah satu personel kelompok musik perkusi YPAC Solo, Arga,15, mengatakan akan membantu sebisa mungkin untuk Darsem. ” Saya akan membantu sebisa mungkin, salah satunya dengan musik,” tuturnya yang pawai memainkan jimbe tersebut.

Disisi lain Kepala Bidang Pengembangan Bakat dan Minat YPAC Solo, Sugian Noor berharap bantuan yang dikumpulkan dapat bermanfaat. “Walau tidak seberapa tapi semoga dapat bermanfaat untuk Darsem,” ungkapnya.

Ia menambahkan bantuan itu akan disalurkan melalui salah satu stasiun televisi swasta. Di sisi lain suguhan musik perkusi kelompok itu ternyata berhasil mencuri perhatian pengguna jalan. Sambil menikmati musik yang disajikan para pengguna jalan tak segan merogoh kocek dan memberikan sumbangan.

MODEL KHUSUS Rp 275.000,-

Rela Nomaden Agar Musik Etnik Populer Kebun Kopi, Lahir dari Aktivitas Kumpul Ngopi




Musisi mana yang rela keliling Pontianak hampir setiap hari tanpa dibayar? Apalagi dengan membawa berbagai peralatan musik yang banyak dan berat. Itulah kegiatan rutin yang dilakukan Kebun Komunitas Pecinta Seni, singkatannya Kebun Kopi.

ARIST, Pontianak

NAMA kelompok musik spesialis perkusi ini sudah dikenal luas masyarakat Pontianak. Selain sering tampil mengisi even-even besar, mereka juga populer lewat berbagai kegiatan yang nyentrik. Salah satunya adalah program keliling kota yang baru beberapa bulan ini dijalankan.
Keliling dari satu tempat ke tempat lain bukannya tanpa tujuan. Maksud mereka adalah untuk mengenalkan dan melestarikan musik tradisional perkusi suku Dayak. Satu persatu tempat yang mau menerima mereka digunakan sebagai arena latihan. Siapa saja boleh mendengar, melihat, bertanya, dan belajar tentang musik mereka. Minggu lalu giliran Rumah Mimpi di Jalan Letjen Soetoyo yang disambangi.
“Sebelumnya kami singgah beberapa hari di Taman Budaya depan Mapolda Kalbar. Minggu ini kami latihan di sini (Rumah Mimpi). Silakan untuk yang melihat dan belajar bagaimana kami bermain. Rencananya minggu depan kami akan coba masuk ke kampus. Mungkin ke Fakultas Hukum Untan atau STKIP di Kota Baru,” ujar Manager Kebun Kopi, Herfin Yulianto.
Uniknya, meskipun mengusung jenis musik etnik Dayak, personil Kebun Kopi mayoritas beridentitas suku lain. “Di sini kami tidak membeda-bedakan suku. Niat kami hanya untuk mengekspresikan musik tradisional. Tapi ada pengembangan dan ada unsur tambahan di sini,” kata Herfin.
Jenis musik yang diusung grup perkusi yang bermarkas di Jalan Martadinata ini tidak sepenuhnya bernuansa Dayak. Mereka menamakannya progressive ethnic music. Alat-alat yang digunakan misalnya, kebanyakan berupa jimbe asal Afrika. Hanya sedikit yang asli Kalimantan, terutama alat musik melodis berupa sape’ (gitar khas suku Dayak).
Dari sejarahnya, Kebun Kopi didirikan untuk berkarya dalam berbagai bentuk seni. Kelompok ini berawal dari sebuah perkumpulan anak-anak muda energik di Tamasya Tour, Herfin salah satu di dalamnya. Mereka kemudian punya ide mengadakan kegiatan seni mengekspresikan ide-ide.
Dengan semangat tersebut, mereka mulai dengan membuat pameran tunggal lukisan Pelukis Zul MS di tahun 2001. Cukup lama vakum, pada 10 Juli 2006 Tamasya Tour dengan beberapa seniman yang ada waktu itu mulai berani membentuk wadah kesenian dengan nama Kebun Kopi kependekan dari Komunitas Pecinta Seni.
Tahun 2007, seorang teman Herfin yang bernama Dinan pulang dari Jogja setelah menempuh pendidikan musik tradisi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Dinan mengubah haluan Kebun Kopi. Dari seni rupa ke seni musik tradisional. Kemudian dikembangkan beberapa bentuk musik sehingga tercipta jenis musik yang diusung mereka sekarang.
Mengenai nama Kebun Kopi, bukan hanya sekadar singkatan semata. Nama ini lahir dari inspirasi aktivitas kumpul dan minum kopi bersama para pendirinya. “Pada awalnya terinspirasi dari aktivitas ngumpul sambil ngopi di Jalan Gajah Mada. Kemudian pada satu malam lahir gagasan untuk membentuk sebuah komunitas kesenian,” cerita Herfin.
Kumpul dan ngopi bareng itu kemudian melahirkan sebuah wadah kreatif bagi mereka. “Dari sinilah Kebun Kopi lari sebagai sebuah kebun untuk ditanami dengan kreativitas dan kerja keras dalam berkarya dan memaknai hasilnya. sungguh sebuah awal yang mengharukan buat persaudaraan kebun kopi,” sambungnya. (*)

Jumat, 18 Februari 2011

Sejarah Djimbe

Djembe atau jenbe/jyembe/jembe/yembe/ jimbay/sanbanyi adalah warisan budaya yang dipunya dan besar di Afrika. Asal usul djembe berasal dari kerajaan Mali yang megah pada sekitar abad 12. Dari semua alat music pukul Afrika, Djembe adalah salah satu yang paling dicari oleh dunia barat dan masyarakat dunia pada umumnya. Dan djembe juga telah mengilhami para pembuat drum professional diseluruh dunia.
Asal mula ejaan “jembe” yang menggunakan “dj”, merupakan berasal darisejarah yang mengingatkan bahwa afrika dulu dijajah oleh prancis. Karna bangsa prancis terbiasa dan sangat kuat dalam huruf “J”. Djembeberasal dari kata dyembe (malinke,bahasa tradisional sebagian suku afrika/Mali), tetapi karna bangsa prancis tidak terbiasa dengan huruf “Y” maka huruf itu diganti dengan huruf “J”. dan kata djembe dipakai sampai sekarang untuk mengingatkan sakitnya dijajah oleh bangsa Prancis. Menurut bangsa Mali kata djembe berasal dari pepatah"Anke dje”, yang secara harafiah artinya "semua orang berkumpul bersama-sama" .
Bentuk fisik
Djembe adalah sebuah kayu yang berbentuk seperti gelas dan ditutup oleh kulit dengan tali sebagai alat untuk mengencangkannya. Yang dimaksudkan untuk dimainkan/dipukul dengan tangan kosong. Sebuah alat music pukul tradisional atau traditional drum yang berasal dari afrika. Pada awalnya djembe dipakai oleh masyarakat afrika untuk alat komunikasi pada jaman dulu, ini dikarenakan karena jarak yang sangat jauh dari desa ke desa. Selain itu alat music tradisional ini pada jaman dulu banyak dipakai untuk acara suku tradisional afrika, khususnya dipakai untuk acara spiritual/keagamaan.
Pada umumnya djembe berukuran 12” (30cm) pada diameternya, dan 24”(60cm) pada tingginya. Dan pada tingginya dibagi 2, 30cm pada bagian kakinya dan 30cm lagi untuk ukuran badannya. Djembe juga dapat ditemukan dalam ukuran yang lebih berfariasi, mulai dari yg terkecil dari 5” (13cm) sampai yang terbesar 18” (46cm) pada diameternya. Bunyi yang dihasilkan dari pukulan ke kulit djembe akan sangat tegas dan tajam, dikarenakan dari bentuk djembe yang menyerupai piala dan terdapat rongga atau yang dalam hukum fisika dikenal sebagai Helmholtz resonator (peristiwa resonansi pada suatu rongga). Bunyi-bunyi yang dihasilkan dalam djembe juga dihasilkan oleh beberapa teknik pukulan seperti “bass”, “tone”, dan “slap”. Namun semakin inovatifnya manusia dalam memainkan pukulan djembe, maka berbagai bunyi akan lebih variatif bunyinya. suara tinggi dan tajam, nada lebih bulat dan penuh, dan bass yang rendah dan dalam.
Hubungan spiritual djembe
Menurut kepercayaan spiritual orang afrika, djembe mempunyai 3 roh didalamnya. Yang pertama adalah roh dari kayu atau pohon yang menggambarkan kekuatan,ketegasan,penopang dan pelindung. Yang kedua adalah roh dari hewan atau kulit yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan. Dan yang terakhir adalah roh pembuat djembe itu sendiri yang menggambarkan semangat dari sang pembuatnya. Pada sebagian suku di afrika djembe telah menjadi alat terpenting dalam upacara keagamaan, salah satu alat pengiring dalam hubungan manusia dengan Tuhan.

Djembe adalah satu di antara sekian banyak alat musik perkusi ritmik yang populer di masa kini. Dimainkan lintas-kalangan, anak-anak hingga dewasa. Bahkan, kini juga dikreasi sebagai kerajinan/souvenir dalam banyak ukuran dan motif, sebagian produknya berkualitas ekspor. Popularitas djembe di Indonesia mungkin setara dengan gitar, karena di banyak tempat mudah ditemukan. Satu yang unik dari djembe adalah pola-pola rhythm-nya yang konstan, tabuhannya yang bergemuruh, tajam, melengking dan gaduh seolah membangkitkan energi ritual-primitif.
Konon nama djembe diambil dari pohon djem, yang banyak ditemukan di Mali. Pohon djem adalah bahan dasar untuk membuat djembe. Setelah pohon ditebang, dibentuk suatu kerangka menyerupai piala, lantas dibubut, dan diukir sedemikian rupa. Menebang pohonnya pun dibarengi ritual khusus. Tentu dipilih kayu yang baik, yang tingkat ketahanannya lama, dan bisa menghasilkan akustik yang bagus. Membran sebagai sumber bunyinya bisa menggunakan kulit kambing, kerbau dan antelop. Teknik merenggangkannya pun khusus. Lalu, setelah melalui proses pengeringan, membran itu diikatkan tali di selingkar body-nya.
Menurut Doris Green (2001), djembe adalah hasil kreasi orang Konon di Sierra Leone. Cikal bakal djembe adalah sangba. Memang benar alat musik ini berasal dari Afrika, tapi siapa sangka ternyata persebarannya tidak menyeluruh di seluruh benua Afrika. Ada banyak nama untuk alat musik berjenis drum di Sierra Leone, di antaranya sangba, yimbei, jimberu, bata, atau tapoi. Masing-masing alat musik itu dimainkan oleh kelompok-kelompok orang yang berbeda pula.
Di daerah Mali misalnya, djembe dipergunakan pada malam hari untuk berbagai perayaan, misalnya menyambut bulan purnama, datangnya musim semi, musim panas, musim panen, musim dingin, malam puasa, perkawinan, baptis, dan lain sebagainya. Djembe juga dipergunakan mengiringi tarian maupun nyanyian. Rhythm yang dipakai menyesuaikan untuk momen apa djembe dimainkan. Beberapa nama-nama pola rhythm itu antara lain: djagbe, yangkadi-makru, marakadon, mendjani, moribayasa, kasa, garangedon. Selain di Mali, djembe juga ditemukan di Senegal, Guinee, Gambia, Ivory Coast, dan wilayah lain khususnya di Afrika Barat. Kasta Griot adalah kasta penjaga kebudayaan musik yang utama, selain kasta Pandai Besi (fetish maker).
Orang yang profesinya bermain djembe disebut Djembe Fola. Di beberapa negara seperti Amerika, Belgia, Jerman, Perancis, terdapat sekolah djembe, yang mendatangkan guru-guru langsung dari habitat asalnya. Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata belum ada sekolah djembe. Hanya saja, aktifitas “djembe fola” telah menyebar di pelosok negeri.
Banyak kelompok musik menggunakan djembe sebagai media ekspresi musiknya. Menyebut beberapa: kelompok Djembe Merdeka (Yogya), nDjagong Percussion, KunoKini, Payon Percussion (Jakarta), Djendela Ide, Magic Skin (Bandung), Java Jine, Etno Ensamble (Solo). Mereka memainkan rhythm tradisional dan kreasi-kreasi baru yang di-mix secara eklektik, baik saat membawakan lagu-lagu tradisi Nusantara maupun komposisi kontemporer. Melihat instrumentasi dalam formasi tradisional kira-kira standarnya adalah: 3 djembe ditambah dunun yang terdiri dari kankeni (kecil), sangban (sedang), dan dunumba (besar). Kankeni menabuh pulsa pendek yang konstan, sangban menjadi jalinan melodi, dan dunumba untuk bermain pulsa-pulsa panjang. Sementara 3 djembe bermain rhythm 1 dan 2, sisanya sebagai solis.