Jumat, 18 Februari 2011

Sejarah Djimbe

Djembe atau jenbe/jyembe/jembe/yembe/ jimbay/sanbanyi adalah warisan budaya yang dipunya dan besar di Afrika. Asal usul djembe berasal dari kerajaan Mali yang megah pada sekitar abad 12. Dari semua alat music pukul Afrika, Djembe adalah salah satu yang paling dicari oleh dunia barat dan masyarakat dunia pada umumnya. Dan djembe juga telah mengilhami para pembuat drum professional diseluruh dunia.
Asal mula ejaan “jembe” yang menggunakan “dj”, merupakan berasal darisejarah yang mengingatkan bahwa afrika dulu dijajah oleh prancis. Karna bangsa prancis terbiasa dan sangat kuat dalam huruf “J”. Djembeberasal dari kata dyembe (malinke,bahasa tradisional sebagian suku afrika/Mali), tetapi karna bangsa prancis tidak terbiasa dengan huruf “Y” maka huruf itu diganti dengan huruf “J”. dan kata djembe dipakai sampai sekarang untuk mengingatkan sakitnya dijajah oleh bangsa Prancis. Menurut bangsa Mali kata djembe berasal dari pepatah"Anke dje”, yang secara harafiah artinya "semua orang berkumpul bersama-sama" .
Bentuk fisik
Djembe adalah sebuah kayu yang berbentuk seperti gelas dan ditutup oleh kulit dengan tali sebagai alat untuk mengencangkannya. Yang dimaksudkan untuk dimainkan/dipukul dengan tangan kosong. Sebuah alat music pukul tradisional atau traditional drum yang berasal dari afrika. Pada awalnya djembe dipakai oleh masyarakat afrika untuk alat komunikasi pada jaman dulu, ini dikarenakan karena jarak yang sangat jauh dari desa ke desa. Selain itu alat music tradisional ini pada jaman dulu banyak dipakai untuk acara suku tradisional afrika, khususnya dipakai untuk acara spiritual/keagamaan.
Pada umumnya djembe berukuran 12” (30cm) pada diameternya, dan 24”(60cm) pada tingginya. Dan pada tingginya dibagi 2, 30cm pada bagian kakinya dan 30cm lagi untuk ukuran badannya. Djembe juga dapat ditemukan dalam ukuran yang lebih berfariasi, mulai dari yg terkecil dari 5” (13cm) sampai yang terbesar 18” (46cm) pada diameternya. Bunyi yang dihasilkan dari pukulan ke kulit djembe akan sangat tegas dan tajam, dikarenakan dari bentuk djembe yang menyerupai piala dan terdapat rongga atau yang dalam hukum fisika dikenal sebagai Helmholtz resonator (peristiwa resonansi pada suatu rongga). Bunyi-bunyi yang dihasilkan dalam djembe juga dihasilkan oleh beberapa teknik pukulan seperti “bass”, “tone”, dan “slap”. Namun semakin inovatifnya manusia dalam memainkan pukulan djembe, maka berbagai bunyi akan lebih variatif bunyinya. suara tinggi dan tajam, nada lebih bulat dan penuh, dan bass yang rendah dan dalam.
Hubungan spiritual djembe
Menurut kepercayaan spiritual orang afrika, djembe mempunyai 3 roh didalamnya. Yang pertama adalah roh dari kayu atau pohon yang menggambarkan kekuatan,ketegasan,penopang dan pelindung. Yang kedua adalah roh dari hewan atau kulit yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan. Dan yang terakhir adalah roh pembuat djembe itu sendiri yang menggambarkan semangat dari sang pembuatnya. Pada sebagian suku di afrika djembe telah menjadi alat terpenting dalam upacara keagamaan, salah satu alat pengiring dalam hubungan manusia dengan Tuhan.

Djembe adalah satu di antara sekian banyak alat musik perkusi ritmik yang populer di masa kini. Dimainkan lintas-kalangan, anak-anak hingga dewasa. Bahkan, kini juga dikreasi sebagai kerajinan/souvenir dalam banyak ukuran dan motif, sebagian produknya berkualitas ekspor. Popularitas djembe di Indonesia mungkin setara dengan gitar, karena di banyak tempat mudah ditemukan. Satu yang unik dari djembe adalah pola-pola rhythm-nya yang konstan, tabuhannya yang bergemuruh, tajam, melengking dan gaduh seolah membangkitkan energi ritual-primitif.
Konon nama djembe diambil dari pohon djem, yang banyak ditemukan di Mali. Pohon djem adalah bahan dasar untuk membuat djembe. Setelah pohon ditebang, dibentuk suatu kerangka menyerupai piala, lantas dibubut, dan diukir sedemikian rupa. Menebang pohonnya pun dibarengi ritual khusus. Tentu dipilih kayu yang baik, yang tingkat ketahanannya lama, dan bisa menghasilkan akustik yang bagus. Membran sebagai sumber bunyinya bisa menggunakan kulit kambing, kerbau dan antelop. Teknik merenggangkannya pun khusus. Lalu, setelah melalui proses pengeringan, membran itu diikatkan tali di selingkar body-nya.
Menurut Doris Green (2001), djembe adalah hasil kreasi orang Konon di Sierra Leone. Cikal bakal djembe adalah sangba. Memang benar alat musik ini berasal dari Afrika, tapi siapa sangka ternyata persebarannya tidak menyeluruh di seluruh benua Afrika. Ada banyak nama untuk alat musik berjenis drum di Sierra Leone, di antaranya sangba, yimbei, jimberu, bata, atau tapoi. Masing-masing alat musik itu dimainkan oleh kelompok-kelompok orang yang berbeda pula.
Di daerah Mali misalnya, djembe dipergunakan pada malam hari untuk berbagai perayaan, misalnya menyambut bulan purnama, datangnya musim semi, musim panas, musim panen, musim dingin, malam puasa, perkawinan, baptis, dan lain sebagainya. Djembe juga dipergunakan mengiringi tarian maupun nyanyian. Rhythm yang dipakai menyesuaikan untuk momen apa djembe dimainkan. Beberapa nama-nama pola rhythm itu antara lain: djagbe, yangkadi-makru, marakadon, mendjani, moribayasa, kasa, garangedon. Selain di Mali, djembe juga ditemukan di Senegal, Guinee, Gambia, Ivory Coast, dan wilayah lain khususnya di Afrika Barat. Kasta Griot adalah kasta penjaga kebudayaan musik yang utama, selain kasta Pandai Besi (fetish maker).
Orang yang profesinya bermain djembe disebut Djembe Fola. Di beberapa negara seperti Amerika, Belgia, Jerman, Perancis, terdapat sekolah djembe, yang mendatangkan guru-guru langsung dari habitat asalnya. Bagaimana dengan Indonesia? Ternyata belum ada sekolah djembe. Hanya saja, aktifitas “djembe fola” telah menyebar di pelosok negeri.
Banyak kelompok musik menggunakan djembe sebagai media ekspresi musiknya. Menyebut beberapa: kelompok Djembe Merdeka (Yogya), nDjagong Percussion, KunoKini, Payon Percussion (Jakarta), Djendela Ide, Magic Skin (Bandung), Java Jine, Etno Ensamble (Solo). Mereka memainkan rhythm tradisional dan kreasi-kreasi baru yang di-mix secara eklektik, baik saat membawakan lagu-lagu tradisi Nusantara maupun komposisi kontemporer. Melihat instrumentasi dalam formasi tradisional kira-kira standarnya adalah: 3 djembe ditambah dunun yang terdiri dari kankeni (kecil), sangban (sedang), dan dunumba (besar). Kankeni menabuh pulsa pendek yang konstan, sangban menjadi jalinan melodi, dan dunumba untuk bermain pulsa-pulsa panjang. Sementara 3 djembe bermain rhythm 1 dan 2, sisanya sebagai solis.